Manchester United
SELAMAT DATANG, SEMOGA BERMANFAAT

Friday 23 November 2012

ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA BAKSO YANG DIPERJUAL BELIKAN DI NEUSU KOTA BANDA ACEH TAHUN 2011


A.     ABSTRAK
Formalin adalah senyawa yang berbahaya dan beracun bagi kesehatan manusia, jika masuk kedalam tubuh melalui makanan dan jika telah terakumulasi dalam tubuh, senyawa kimia tersebut akan bereaksi dengan hampir semua senyawa yang ada didalam sel tubuh tergangu dan dapat menyebabkan kematian. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yaitu untuk mengetahui penggunaan formalin pada bakso.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bakso yang diperjual belikan di  Neusu Kota Banda Aceh Tahun 2011, yaitu terdapat 5 tempat penjualan. Sampel dalam penelitian ini adalah 1 butir/ 10 gram bakso pada tiap-tiap tempat penjualan bakso. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juni- 4 Juli 2011. Penyajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan narasi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 5 tempat penjualan bakso di  Neusu Kota Banda Aceh, yang negatif mengandung formalin yaitu 5 tempat penjualan (100%) dan tidak ditemukan adanya  kandungan formalin pada bakso di tempat penjualan bakso di Neusu Kota Banda Aceh.
Dapat disimpulkan bahwa semua tempat penjualan bakso di Neusu Kota Banda Aceh negatif dari penggunaan formalin. Disarankan kepada produsen dan para penjual bakso agar tidak sama sekali menggunakan formalin dalam bahan baku maupun bahan jadi bakso. Badan POM diharapkan lebih meningkatkan pengawasan terhadap baku mutu bakso dan makanan lain yang beredar di pasaran. Masyarakat diharapkan agar lebih berhati-hati dalam memilih dan membeli bakso atau makanan lainnya yang aman untuk dikonsumsi.

Kata Kunci = Kandungan Formalin

B.      PENDAHULUAN
Menurut Depkes RI (2002) tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat.
Menurut Depkes RI (2006) untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagaimana yang dituangkan ke dalam visi Indonesia Sehat 2010, maka diterapkan misi pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan yaitu menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas pangan yang dikonsumsi. Undang-undang No.7 tahun 1996 menyatakan bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat. Aman yang dimaksud disini mencakup bebas dari pencemaran biologis, mikrobiologis, kimia, dan logam berat. Penggunaan pengawet pada bahan makanan sampai saat ini masih banyak dijumpai akhir-akhir ini. Pengawet yang lagi ramai dibicarakan dikalangan masyarakat adalah penggunaan formalin sebagai pengawet bahan makanan. Beberapa bahan makanan seperti: tahu, bakso, mie basah, kerupuk, ikan kering, ikan laut yang lama waktu penangkapannya masih dijumpai menggunakan formalin sebagai bahan pengawet (Sumber : Direktur Pengawas Makanan dan Minuman, Depkes 1996).
Pemakaian formalin pada bahan makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia, dengan gejala sebagai berikut : sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf atau gangguan peredaran darah. Formalin bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Formalin pada dosis rendah dapat menyebabkan sakit perut akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf, serta kegagalan peredaran darah. Pada dosis tinggi, formalin dapat menyebabkan kejang-kejang, kencing darah, tidak bisa kencing serta muntah darah, dan akhirnya menyebabkan kematian. Berdasarkan beberapa penelitian disimpulkan bahwa formalin tergolong sebagai karsinogen, yaitu senyawa yang dapat menyebabkan timbulnya kanker. Kesepakatan umum dikalangan para ahli pangan bahwa semua bahan yang terbukti bersifat karsinogenik tidak boleh digunakan dalam makanan maupun minuman. Prinsip ini di Amerika dikenal dengan nama Delaney Clause. Bahan Tambahan Makanan (Food Additive), dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722 /Men.Kes/Per/IX/88 bahwa formalin dilarang untuk digunakan dalam makanan dan minuman. Penggunaan formalin pada makanan dan minuman, 84 tahun sebelum terbitnya peraturan di Indonesia, telah dilarang di Amerika Serikat (Budi Widianarko dkk, 2000).
Makanan yang mengandung formalin dan bahan kimia berbahaya lainnya masih dijumpai pada makanan yang beredar bebas di Propinsi Aceh. Dari hasil pemantauan dan pengujian terhadap 300 jenis makanan yang dijual pedagang maupun produk industri rumah tangga di Aceh, sebagian masih menggunakn formalin dan boraks pada bakso dan mie basah. Ciri-ciri bahan makanan yang mengandung formalin adalah ; jika pada tahu, maka tahu telihat kenyal dan tidak mudah pecah kalau dipencet, pada bakso maka bakso terlihat kenyal dan susah ditusuk, pada mie basah maka mie terlihat kenyal, pada ikan kering maka ikan kering terlihat tegang dan tidak dihinggapi lalat dan sukar berulat. Begitu juga pada kerupuk maka kerupuk balado terlihat sangat garing, pada ikan laut ukuran sangat besar maka ikan terlihat sangat kaku (Muliawarman, 2009).

C.      Rumusan Masalah
   Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul permasalahan yaitu adakah kandungan formalin pada bakso yang diperjual belikan di Neusu Kota Banda Aceh tahun 2011.
D.     Prosedur Penelitian
1.      Bahan
-     Bakso
-     Aquadest
-     Hand scund
-     Masker
2.      Alat
a.      Spektrophotometer
b.      Box Formaline Test
1)      Comparator 1 Buah
2)      Tabung Sampel 2 Buah
3)      Pipet Sampel 1 Buah
c.       Cawan petri
3.      Reagensia
a.       FO-1
b.      FO-2
4.      Proses Analisis Sampel
a.      Masukkan kedalam cawan 1 butir bakso, dihaluskan dan dicairkan dengan 10 ml air aquadest.
b.      Masukkan 5 ml sampel yang sudah dicairkan kedalam tabung reaksi.
c.       Tambahkan 5 tetes reagen FO-1 pada salah satu tabung, tutup dan kocok.
d.      Tambahkan 1 tetes reagen FO-2 pada tabung yang telah diisi reagen    FO-1, tutup tabung dan kocok.
e.      Inkubasi pada suhu kamar selama 1 menit.
f.        Baca hasil pada comparator dengan membandingkan warna sampel dengan warna standar, (Positif (+) bila terjadi perubahan warna pada comparator).
g.      Jika positif mengandung formalin, baca kandungan formalin pada alat spektrophotometer pada panjang gelombang 550 nm.
E.      Hasil
Dari hasil penelitian yang dilakukan di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh pada tanggal 28 Juni- 4 Juli 2011, maka diperoleh hasil sebagai Berikut :

TABEL V.1
DISTRIBUSI FREKUENSI KANDUNGAN FORMALIN YANG TERKANDUNG DALAM BAKSO YANG DIPERJUAL BELIKAN DI  NEUSU KOTA BANDA ACEH TAHUN 2011

No
Kandungan Formalin
Frekuensi
Rata-
rata
Persentase (%)
Uji I
Uji II
Uji III
1
Positif  (+)
0
0
0
0
0
2
Negatif  ( - )
5
5
5
5
100
Jumlah
100
 Sumber: Data Primer tahun 2011
Berdasarkan tabel V.1 diatas menunjukkan bahwa semua tempat penjualan bakso di Neusu Kota Banda Aceh tidak menggunakan bahan pengawet formalin.


TABEL V.2
DISTRIBUSI FREKUENSI KADAR FORMALIN YANG TERKANDUNG DALAM BAKSO YANG DIPERJUAL BELIKAN DI  NEUSU KOTA BANDA ACEH TAHUN 2011

No
Nama Tempat Penjualan
Kadar Formalin / 10gram Bakso
Rata-rata
Uji I
Uji II
Uji III
1
A
0
0
0
0
2
B
0
0
0
0
3
C
0
0
0
0
4
D
0
0
0
0
5
E
0
0
0
0
       Sumber : Data Primer tahun 2011
Dari tabel V.2 diatas menunjukkan bahwa semua bakso yang diperjual belikan di Neusu Kota Banda Aceh tidak mengandung  formalin.
F.       Pembahasan
Untuk mengetahui suatu bahan pangan khususnya bakso yang mengandung formalin, kita dapat mengamati secara langsung dengan melihat keadaan bakso tersebut. Bakso yang mengandung formalin akan terlihat kenyal dan susah ditusuk. Namun tanda-tanda tersebut tidak akurat jika tidak dilakukan uji labolatorium  baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Untuk memastikan ada tidaknya penggunaan formalin pada bakso di tempat penjualan bakso di Neusu Kota Banda Aceh, peneliti melakukan pemeriksaan formalin di laboratorium terhadap 5 tempat penjualan bakso tersebut yang masing-masing tempat tersebut diambil sampel sebanyak 10 gram/ 1 butir bakso. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil bahwa 5 tempat penjualan bakso di Neusu Kota Banda Aceh negatif terhadap penggunan formalin, seperti yang disajikan pada tabel V.1 dan V.2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bakso yang diperjual belikan di Neusu Kota Banda Aceh aman dikonsumsi karena tidak mengandung formalin dan diharapkan kepada produsen bakso untuk terus mempertahankan kualitas bakso yang diproduksinya  untuk menjamin kesehatan para konsumen. Dari hasil wawancara peneliti dengan para penjual bakso tersebut, peneliti mendapatkan informasi bahwa para penjual bakso mengetahui tentang adanya larangan pengguanaan formalin sebagai bahan pengawet bahan makanan dan mengetahui bahaya daripada zat kimia formalin bagi kesehatan manusia.

G.     Kesimpulan
  • 1.      Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya penjual bakso yang memakai formalin sebagai pengawet bahan bakso.
  • 2.      Dari hasil pengujian di laboratorium terhadap 10 gram bakso dari masing-masing tempat penjualan bakso tidak ditemukan adanya kandungan formalin.


H.     Saran
  • 1.      Kepada penjual bakso diharapkan agar tidak menggunakan bahan berbahaya formalin dalam bakso.
  • 2.      Kepada Badan POM diharapkan selalu mengawasi dan meningkatkan pengawasan terhadap penjual dan produsen bakso.
  • 3.      Disarankan terhadap peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti bakso yang ada ditempat lain untuk mengetahui ada tidaknya penggunaan formalin pada bakso yang diperjual belikan.
  • 4.      Disarankan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memilih bakso dan makanan yang aman untuk dikonsumsi.


 Download File DISINI !



1 comments:

  1. salam.
    bg, ada jurnal mngenai borak pd mie basah di blang padang gak?

    ReplyDelete

Member