Manchester United
SELAMAT DATANG, SEMOGA BERMANFAAT

SEJARAH JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES ACEH

Jl. Soekarno-Hatta Desa Lagang Darul Imarah Aceh Besar.

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN (ADKL)

Mari bersama-sama menjaga keseimbangan ekologi alam.

PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI REPELLENT (PENGUSIR) NYAMUK

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

PENYAKIT-PENYAKIT IRITASI SISTEM PERNAPASAN

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday 27 March 2012

DAFTAR JUDUL KTI/SKRIPSI KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

  1. PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS B DI POSYANDU ………… TAHUN 2012
  2. TINJAUAN PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM…………………
  3. GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN TENTANG PAPSMEAR DI USKESMAS ……………… KECAMATAN ………………….. TAHUN 2012
  4. GAMBARAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST PARTUM DENGAN TINDAKAN OPERASI SEKSIO SESAREA
  5. TINJAUAN EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB PIL DI………………………….
  6. PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI DI LINGKUNGAN II KELURAHAN …………… KECAMATAN …………….
  7. PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGANTI AIR SUSU IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ……………………… TAHUN 2012
  8. PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS PELAKSANA PENANGANAN PENDERITA NAPZA TENTANG PENATALAKSANAAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI …………… TAHUN 2012
  9. DETERMINAN PEMBERIAN KONSUMSI BUAH SEGAR PADA BALITA DI POSYANDU ………………….
  10. KECEMASAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN INFERTIL PRIMER DI RUMAH BERSALIN…………………..
  11.  PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS DI RUANG KEBIDANAN RSU . …………………… TAHUN ………….
  12.  PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB PIL TENTANG EFEK SAMPING PIL ORAL KOMBINASI (POK) DI KELURAHAN …………………. TAHUN 2012
  13.  GAMBARAN FAKTOR  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPOPROVERA DI …………………… KECAMATAN ………………… TAHUN 2012
  14.  GAMBARAN PERSYARATAN MINIMAL FASILITAS PELAYANAN AKDR DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS ………………… KECAMATAN …………………. KABUPATEN …………….
  15.  KARAKTERISTIK EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA ……………… KECAMATAN ……………….. KABUPATEN ………………… TAHUN 2012
  16. PENGETAHUAN IBU TENTANG ABORTUS INCOMPLETUS DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM ……………………….. TAHUN 2012
  17.  TINJAUAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) KOLOSTRUM PADA IBU POST SECTIO CAESAREADI RUANG KEBIDANAN RSU …………………….. TAHUN 2012
  18.  GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG MANAJEMEN AKTIF KALA III DI RSUD.…………………….. TAHUN 2012
  19.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN AKSEPTOR BARU KELUARGABERENCANA ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI PUSKESMAS …………………..
  20. PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG KEHAMILAN DI BPS ………………. TAHUN 2012
  21.  FAKTOR-FAKTOR ALASAN IBU MENGGANTI KONTRASEPSI PIL DENGAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS ……………….. TAHUN 2012
  22. GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB AKSEPTOR TIDAK MELANJUTKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI RB …………………… TAHUN 2012
  23. PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG RAWAT GABUNG DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM…………………….. TAHUN 2012
  24. GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MENYUSUI DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERLALU DINI DI DESA ………………… TAHUN 2012
  25. TINJAUAN PENYEBAB DILAKUKANNYA CURETTAGE DI RUMAH SAKIT UMUM ……………… TAHUN 2003
  26. PENGETAHUAN TENTANG ISPA PADA IBU YANG MEMILIKI BALITA SAKIT ISPA YANG BEROBAT KE PUSKESMAS ………….
  27. TINJAUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PONDOK SAYANG IBU (PSI) DI DESA BADAK WILAYAH KERJA PUSKESMAS …………………..
  28.  PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN BIDAN TENTANG MANAJEMEN AKTIF KALA III DI WILAYAH PUSKESMAS……………………..
  29. DETERMINAN PEMANFAATAN TENAGA BIDAN DESA DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS …………………..
  30. PENGETAHUAN WANITA PRA-MENOPAUSE TENTANG GEJALA-GEJALA FISIK MENOPAUSE DI KELURAHAN …………………..
  31. PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI DI LINGKUNGAN II KELURAHAN………………..
  32. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE DI SMP ………………. TAHUN 2012
  33. DETERMINAN IBU TIDAK MENIMBANGKAN BALITANYA DI POSYANDU MELATI KELURAHAN…………………
  34. GAMBARAN FAKTOR  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN KAPSULVITAMINA DI KELURAHAN ……………….. WILAYAH KERJA PUSKESMAS ……………….TAHUN 2012
  35. PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI PADA BAYI USIA 0 – 12 BULAN DI KELURAHAN …………… WILAYAH KERJA PUSKESMAS …………….
  36. PENGETAHUANDAN SIKAP IBU POST SEKSIO SESAREA TENTANG MOBILISASI DINI DI RUMAH BERSALIN ……………. TAHUN 2012
  37. STUDI TENTANG MOTIVASI MAHASISWI MEMILIH PROFESI BIDAN DI PROGRAM STUDI KEBIDANAN ………………. TAHUN 2003 – 2012
  38. KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH BAYI DI BAWAH USIA 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS …………………. TAHUN 2012
  39. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMU …………….
  40. PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA TENTANG ANEMIA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS ………………..
  41. SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL DI PUSKESMAS ……………….KECAMATAN………………. TIMUR 2012
  42. PELAKSANAAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA OLEH TENAGA KESEHATAN DI RUMAH BERSALIN ……………….
  43. PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA TENTANG MASA NIFAS DI RUMAH BERSALIN …………………TAHUN 2012
  44. PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMU TENTANG SEKSUALITAS PADA REMAJA DI SMU…………………..
  45. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU-IBU USIA 45 – 55 TAHUN TENTANG MENOPAUSE DI DESA ………………. TAHUN 2012
  46. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA AWAL TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SLTPN ……………………..
  47. PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM ………………….
  48. PENGETAHUAN SISWA KELAS II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI ………….. MENGENAI BAHAYA ROKOK TAHUN 2012
  49. PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS …………………. TAHUN 2012
  50. PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT USIA 15 – 39 TAHUN MENGENAI MITOS, DISKRIMINASI DAN STIGMASI TERHADAP HIV/ AIDS DI ………………. TAHUN 2012
  51. PENGETAHUAN REMAJA TENTANG ABORSI PADA SISWI KELAS II SMA ……………TAHUN 2012
  52. PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN MENSTRUASI DAN PENATALAKSANAANNYA PADA REMAJA PUTRI KELAS II DI ……………… TAHUN 2012
  53. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS …………………..
  54. GAMBARAN IBU HAMIL DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS……………… TAHUN 2012
  55. PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIS PALSU DI BPS …………… TAHUN 2012
  56. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS …………………… TAHUN 2012
  57. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA WANITA KELAS II TENTANG DIET SEIMBANG DI ……………..
  58. GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DI PUSKESMAS ………………….. TAHUN 2012
  59. PENATALAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA III OLEH BIDAN DI PUSKESMAS ……………
  60. PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA TENTANG PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A DI PUSKESMAS……………… TAHUN 2012
  61. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMA ……………. TAHUN 2012
  62. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK KEHAMILAN REMAJA DI SMA…………………….. TAHUN 2012
  63. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS SEKUNDER PADA MASA PUBERTAS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI …………………….. TAHUN 2012
  64. DETERMINAN TIDAK DILAKUKANNYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) OLEH REMAJA PUTRI KELAS II DI ……………………..TAHUN 2012
  65. PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG TEHNIK MENGEJAN YANG BENAR SAAT PERSALINAN DI BPS…………………….. TAHUN 2012
  66. KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN BALITA BERAT BADAN DI BAWAH GARIS MERAH (BGM) DI DESA …………………….. TAHUN 2012
  67. TINJAUAN PENATALAKSANAAN GIZI BURUK PADA BALITA OLEH TENAGA KESEHATAN DI…………………….. TAHUN 2012
  68. PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN DI DESA …………………….. TAHUN 2012
  69. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG MENSTRUASI PADA SISWI KELAS II SMP……………………..
  70. PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B1 SEGERA SETELAH LAHIR DI RUMAH BERSALIN …………………….. PERIODE FEBRUARI – APRIL TAHUN 2012.
  71. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI ANAK PERTAMA TENTANG ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ……………………..
  72. KARAKTERISTIK SUAMI DENGAN IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS …………………….. TAHUN 2012
  73. ALASAN IBU MELAKUKAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI POSYANDU…………………….
  74. GAMBARAN TEKNIK MENYUSUI MINGGU PERTAMA PADA IBU PRIMIPARA DI BIDAN PRAKTEK SWASTA …………………….. TAHUN 2012
  75. PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS…………………….. TAHUN 2012
  76. PEMANTAUAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SEJAHTERA V WILAYAH KERJA PUSKESMAS ……………………..
  77. GAMBARAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU DESA ....................... WILAYAH KERJA PUSKESMAS …………………….. TAHUN 2012
  78.  FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB IBU HAMIL TIDAK MELAKUKAN SENAM HAMIL DI BPS CH. SUDILAH KECAMATAN METRO BARAT KOTA METRO TAHUN 2012
  79. PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN FISIOLOGIS DAN KEPUTIHAN PATOLOGIS DI MADRASAH ALIYAH NEGERI …………………….. 2012
  80. DETERMINANIBU HAMIL TIDAK MELAKUKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID ( TT ) LENGKAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ……………………..
  81. KETERAMPILAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MAHASISWI TINGKAT II PROGRAM STUDI KEBIDANAN …………………….. DI LAHAN PRAKTEK TAHUN 2012
  82. PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) …………………….. TAHUN 2012
  83. PENGETAHUAN IBU MENGENAI KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI PUSKESMAS ……………………..
  84. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PRAMENOPAUSE TENTANG OSTEOPOROSIS DI DESA …………………….. TAHUN 2012
  85. PENGETAHUANMAHASISWA TINGKAT II TENTANG PARTOGRAF DI PRODI KEBIDANAN…………………….. TAHUN 2012
  86. PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA USIA 3-5 TAHUN DI POSYANDU……………………..
  87. GAMBARAN PENATALAKSANAAN PERAWATN BAYI PREMATUR OLEH TENAGA KESEHATAN DI RUANG ANAK RSU …………………….. TAHUN 2012
  88. PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN…………………….. TAHUN 2012
  89.  FAKTOR-FAKTOR RENDAHNYA PENGGUNAAN IMPLANT DI KELURAHAN …………………….. TAHUN 2012
  90. PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA-TANDA PERSALINAN SEMU DI KLINIK…………………….. TAHUN 2012
  91. GAMBARAN SIKAP DAN TINDAKAN AKSEPTOR KB DALAM MENGATASI EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN (INJECTABLES) DI BPS …………………….. TAHUN 2012
  92. PERILAKU REMAJA PUTRI DALAM MENANGANI KEPUTIHAN DI SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI…………………….. TAHUN 2012
  93. GAMBARANPERILAKU IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN ASI PADA SATU HARI PERTAMA DI RB …………………….. TAHUN 2012
  94. PENGETAHUAN DUKUN TERLATIH TENTANG TIGA BERSIH DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN DI DESA…………………….. TAHUN 2012
  95. PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ALAT KONTRASEPSI SELAMA LAKTASI DI KELURAHAN…………………….. TAHUN 2012
  96. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA MASTITIS PADA IBU POSTPARTUM DI BPS…………………….. TAHUN 2012
  97. KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS …………………….. TAHUN 2012
  98. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDAK TERATURNYA SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWA TINGKAT IIB PROGRAM STUDI KEBIDANAN …………………….. TAHUN 2012
  99. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG MANAJEMEN LAKTASI PADA PERIODE POSTNATAL DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK …………………….. TAHUN 2012
  100.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA KEIKUTSERTAAN SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA ……………………..
  101. GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS…………………….. TAHUN 2012

Monday 26 March 2012

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN (ADKL)


I. PERLUNYA ADKL DIJADIKAN PROGRAM KESEHATAN

     Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan tingkat kesehatan manusia yang optimal. Oleh sebab itu untuk menjamin kualitas sumber daya manusia dalam segi kesehatan agar mampu berkompetisi diperlukan suatu perencanaan program kesehatan dan perlindungan hukum yang memadai.
     Perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana usaha kegiatan ditetapkan melalui UU No. 23  tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini tercermin bahwa setiap rencana usaha/kegiatan yang mempunyai dampak penting wajib dilengkapi dengan suatu AMDAL. Di dalam Undang-undang lingkungan hidup dan pedoman pelaksanaannya secara jelas belum nampak ketentuan perundangan terhadap analisis dampak pada kesehatan masyarakat/ kesehatan lingkungan.
     Telah diketahui bahwa derajat kesehatan individu/masyarakat tergantung kepada kondisi “Host” (individu), ”agent” (penyebab penyakit), dan “environment” (lingkungan). Faktor lingkungan merupakan unsur penentu terjadinya sakit/sehat pada masyarakat. Dengan demikian apabila terjadi perubahan lingkungan menjadi jelas disekitar manusia, maka akan terjadi pula perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan masyarakat tersebut. Dengan demikian maka studi analisis mengenai dampak lingkungan yang idealnya melindungi masyarakat, memasukkan pula metode analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL).
     Perlunya ADKL pada perlindungan terhadap lingkungan hidup dari rencana usaha/kegiatan dijelaskan pula oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Pertemuan WHO pada tahun 1987 di Copenhagen yang bertema “Health and Safety  Component of Environmental Inpact Assessment” menyatakan bahwa perlunya model Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (“Environmental Health Inpact Assessment/EHIA”) untuk memadukan program analisis kesehatan dengan analisis dampak lingkungan yang lebih menekankan komponen kesehatan.
     Majelis Kesehatan Sedunia (“World Health Assembly”) pada tahun 1981 mencanangkan strategi sehat untuk semua di tahun 2000. Pada tahun 1986, strategi tersebut diteruskan dengan Ottawa Charter” yang merupakan hasil keputusan dari : “International Conference on Health Promotion”. Pandangan WHO tersebut dapat disebut sebagai konsep baru kesehatan masyarakat. Konsep tersebut menyatakan bahwa :
“Keadaan yang mendasar dan sumber untuk kesehtan adalah keadaan damai, pemukiman, pangan, pendidikan, pendapatan, ekosistem yang seimbang, sumber daya alam yang meningkat pemanfaatannya, keadilan sosial dan pemerataan aspek kehidupan”.
Apabila  dicermati, konsep oleh WHO tersebut mengutamakan pada pencegahan penyakit. Konsep pencegahan penyakit akan memberikan implikasi prediksi dan analisis tentang dampak negatif kegiatan pembangunan terhadap kesehatan. Pada saat itu, badan dunia tersebut menyatakan bahwa komponen kesehatan lingkungan sering diabaikan dalam proses analisis dampak lingkungan. Dengan keadaan tersebut, WHO menekankan tentang perlunya penelitian dampak kesehatan lingkungan pada proyek pembangunan.
     Pada tahun 1986, kelompok kerja WHO memantapkan empat prinsip dasar yang berhubungan dengan analisis dampak lingkungan, yaitu :
1)Kesehatan masyarakat yang terkena dampak pembangunan merupakan salah satu pertimbangan penting dan mendasar dalam menyusun perencanaan, kebijakan dan pelaksanaan proyek pembangunan.
2)Dampak kesehatan masyarakat yang mungkin timbul sebagai akibat dari pelaksanaan program pembangunan harus lebih mendapat perhatian.
3)Analisis dampak lingkungan (ANDAL) harus dapat memberikan informasi yang tepat tentang dampak kesehatan dari pembangunan sebuah proyek.
4)Informasi lengkap perihal dampak kesehatan tersebut harus disampaikan kepada masyarakat.

2.  KONSEP KETERPADUAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
     Untuk menelaah kedua konsep yaitu Analisis Dampak Lingkungan dan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan diperlukan rincian kerangka dasar model dari kedua konsep tersebut.
     Menurut Brown dan Mc. Donald (1988) kerangka dasar dari Analisis Dampak Lingkungan adalah sebagai berikut :
Bagan I
Kerangka Dasar Analisis Dampak Lingkungan
Pengumpulan data dasar
:    rincian tentang kondisi lingkungan pada saat ini dan masa mendatang untuk bahan masukan perencanaan pembangunan.
Identifikasi dampak
:    identifikasi dampak yang mungkin timbul dan pemilihan prioritas dampak untuk analisis yang lebih rinci, dengan  cara “check list”.
Prediksi
:    melakukan prakiraan besarnya perubahan yang terjadi .
Evaluasi
:    pentingnya perubahan yang terjadi untuk tingkat nasional khususnya beberapa hal yang berhubungan dengan tujuan nasional di bidang sosial ekonomi.
Mitigasi
:    mengurangi dampak negatip dan memaksimalkan dampak positip. 
Komunikasi
:    menyebarluaskan macam, kualitas dan kuantitas dampak yang mungkin terjadi kepada masyarakat dan lembaga terkait.
Pemantauan
:    melakukan pengukuran dan memberikan umpan balik tentang dampak pembangunan.
 Sumber : Brown dan Mc Donald (1988)

Bagan II
Model Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
 Rincian Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, adalah analisis :
a.dampak secara langsung terhadap parameter lingkungan
b.dampak tidak langsung terhadap parameter lingkungan
c.parameter lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan
d.adanya peningkatan pemaparan
e.adanya peningkatan populasi berisiko tinggi
f.dampak kesehatan (angka kesakitan dan kematian)


Sumber : WHO, (1987)
Pada bagan I dan bagan II tampak ada kalimaat yang isi dan maknanya mengandung kesesuaian
Pada tahap analisis dampak kesehatan lingkungan langsung dan tidak langsung seperti yang tertulis dalam ad a dan ad b (bagan II) ada kesesuaian dengan tahap pengumpulan data dasar seperti yang tertulis pada bagan I. Sedangkan identitas parameter lingkungan seperti yang tertulis dalam ad c (bagan II) ada kesesuaian dengan proses identifikasi dampak pada bagan I, yaitu proses identifikasi dampak lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Selanjutnya proses analisis adanya peningkatan pemaparan pada ad d (bagan II), merupakan komponen analisis pemaparan pada masyarakat yang terkandung di dalam seluruh proses analisis dampak kesehatan lingkungan.
     Prakiraan adanya peningkatan pemaparan tergantung dari metode yang digunakan misalnya dengan metode bagan alir. Sedangkan prakiraan tentang adanya peningkatan populasi risiko tinggi (“high risk”) digunakan misalnya dengan metode “risk analysis”. Prakiraan tentang tingkat morbiditas dan mortalitas, perlu data bidang kesehatan dari Rumah Sakit/Puskesmas dan hal ini sering terabaikan dalam proses analisis dampak lingkungan.
     Pada bagan I dan II nampak kedua model tersebut baik analisis dampak lingkungan dan analisis dampak kesehatan lingkungan penekanannya masih terbatas pada “environmental illness” (sakit karena faktor lingkungan) dan belum banyak menjamah permasalahan ”quality of life” (kualitas hidup). Dengan demikian maka proses analisis yang baik harus melibatkan analisis dampak kesehatan lingkungan secara menyeluruh termasuk komponen sosial-ekonomi-kesehatan.
     Komponen yang berhubungan dengan faktor fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi-kesehatan adalah sebagai berikut :
a.Kualitas lingkungan fisik, kimia dan biologi termasuk kualitas udara, air, kebisingan dll.
b.Kualitas diet, sebagai sumber informasi adalah ilmu gizi dan kedokteran.
c.Kualitas penyakit dan kesehatan jiwa, harus bersumber dari ilmu kedokteran, biologi, psikiatri dan psikologi.
d.Kualitas pekerjaan dan jaringan masyarakat bermuara pada disiplin ekonomi, sosiologi, dan antropologi.
e.Kualitas pemukiman dan aksesibilitas bersumber pada ilmu geografi, perencanaan dan arsitektur.



3. BERBAGAI KEGIATAN DENGAN ISSUE POKOK DAMPAK KESEHATAN

Berbagai kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan lingkungan antara lain :

1. Kegiatan bidang kesehatan
Kegiatan bidang ini berpotensi memiliki dampak terhadap kesehatan antara lain berasal dari Rumah Sakit baik Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit Spesialistik. Sumber pencemar dari kegiatan ini antara lain sisa operasi dan buangan limbah terinfeksi yang dapat menularkan penyakit melalui kuman parasit atau vektor. Kegiatan lainnya seperti laboratorium klinik, mikrobiologi kesehatan, industri farmasi, industri makanan kesehatan dan alat-alat kesehatan.

2. Kegiatan bidang industri
Kegiatan bidang industri sering merupakan sumber masalah gangguan terhadap kesehatan lingkungan. Kegiatan bidang industri, dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, jenis produk, bahan baku, proses maupun jenis limbah sendiri. Dengan demikian, kegiatan bidang industri akan mengeluarkan limbah cair, limbah gas/partikel dan limbah padat.
Menurut World Health Organization, World Bank dan United Nations Enviromental Program  kelompok industri yang berpotensi menimbulkan bahaya terhadap kesehatan adalah sebagai berikut :
a)Industri Pertanian, Kehutanan, dan Makanan
Kegiatan industri ini memiliki potensi dampak terhadap kesehatan masyarakat, karena mengeluarkan limbah dari bahan-bahan kimia dalam proses produksinya. Disamping itu juga kemungkinan adanya parasit dan mikroba pada limbah industri makanan.
b)Industri Ekstraksi Mineral (tidak termasuk hidrokarbon)
Penambangan ini memungkinkan berkembangnya vektor dan parasit pada lubang bekas galian (“quary”) yang tergenang air, sehingga menimbulkan bahaya terhadap kesehatan masyarakat.
c)Industri Logam
Kegiatan industri ini meliputi besi, metalurgi non-besi, pengerjaan logam yang mengeluarkan bahan kimia lainnya. Limbah berpengaruh secara kronis terhadap kesehatan masyarakat.
d)Industri Energi
Jenis industri ini dapat dilihat pada kegiatan Pertambangan dan Energi. Dapat mengeluarkan limbah cair, gas, suhu panas (meningkatkan suhu air laut).
e)Pengolahan hasil Mineral bukan Logam
Kegiatan industri ini meliputi antara lain bahan konstruksi, keramik, gelas, dan asbestos. Pengaruh industri ini adalah gangguan terhadap pernafasan secara kronis.
f)Industri kimia dan idustri yang terkait
Macam industri ini sangat beragam dari industri bukan bangunan, fotografi sampai biosida. Limbah yang dihasilkan merupakan bahan kimia berbahaya dan beracun (BBB) yang dapat menimbulkan dampak kronis maupun akut.
g)Industri barang logam, Rekayasa dan Kendaraan
Limbah industri ini mengandung logam berat maupun bahan kimia lainnya yang menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.
h)Industri Tekstil, Kulit, Timber dan Barang Kayu
Limbah industri ini mengandung bahan kimia yang potensial berpengaruh terhadap perairan dan kesehatan masyarakat/lingkungan.
i)Industri Kertas dan Produknya, Percetakan dan Penerbitan
Limbah industri ini menimbulkan gangguan pernapasan terhadap pekerja maupun gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
j)Pelayanan Medis, Sanitasi dan Laboratorium Kesehatan
Kegiatan kelompok ini masuk dalam bidang kesehatan. Mengeluarkan limbah medis dan limbah kimia yang mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan.
k)Komersial dan Tempat Umum
Pengaruh yang ditimbulkan antara lain berkembangnya vektor atau parasit pada limbah padat yang mudah membusuk antara lain kegiatan pasar dan restoran.

3. Kegiatan Pertambangan dan Energi
a)Pertambangan Minyak dan Gas
Penambangan minyak dan gas mempunyai potensi dampak penting terhadap kesehatan masyarakat/lingkungan. Menghasilkan limbah gas yang dapat menurunkan kualitas udara dan limbah cair yang dapat menurunkan kualitas perairan, serta  sangat potensial menimbulkan resiko bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Limbah proses yang mengandung logam berat akan menyebabkan gangguan kesehatan karena akumulasinya di dalam tubuh melalui makanan.
b)Penambangan Logam, Mineral dan Bahan Radio Aktif
Penambangan logam dan prosesnya akan menimbulkan limbah yang membawa serta logam berat. Limbah ini akan terakumulasi pada rantai makanan yang berbahaya bagi kehidupan manusia.
Disisi lain bekas galian/penambangan yang berupa kolam-kolam penambangan apabila terisi air sangat potensial sebagai habitat vektor yang dapat menularkan penyakit, antara lain : Malaria dan Demam Berdarah Dengue.
c)Pembangkit Tenaga Listrik
1) Tenaga Panas Bumi
Pengambilan tenaga panas bumi berpotensi untuk menimbulkan gas beracun yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat
2) Bahan Baku Minyak dan Batu Bara
Penggunaan bahan baku dari bahan fosil (Migas dan batu bara) sangat potensial menyebabkan pencemaran udara berupa limbah emisi gas seperti CO, SO2 dan partikel yang sangat potensial menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat.
d)Tenaga Nuklir
Pembangkit tenaga nuklir mempunyai  potensial untuk mengeluarkan limbah radioaktif yang akan menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan masyarakat  secara luas.

4. Kegiatan Transmigrasi
a)Cetak Sawah
Pembukaan hutan untuk areal persawahan merupakan areal yang potensial sebagai media/habitat vektor. Habitat vektor ini potensial menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan dan dapat terjadi secara periodik setiap tahun/setiap musim.
b)Pemindahan Penduduk
Pemindahan penduduk dari daerah asal ketempat yang baru, di dalam interaksinya sangat potensial sebagai pembawa penyakit/penularan penyakit. Penularan penyakit ini tidak tergantung dari jumlah manusia yang menularkan tetapi ditentukan oleh sumber penularan dari salah satu kelompok masyarakat dan lama waktu penyakit tersebut berjangkit. Potensi dampak ini sangat penting terhadap kesehatan masyarakat.

5. Kegiatan Pariwisata
Aktivitas pariwisata secara tidak langsung memiliki potensi terhadap penularan dan penyebaran penyakit. Interaksi wisatawan lokal maupun dari mancanegara, dari suatu daerah ke daerah lain, merupakan sumber dampak penting bagi kesehatan masyarakat baik melalui vektor maupun penularan penyakit secara langsung.
  
6. Kegiatan Riset dan Teknologi
Pengembangan bidang riset dan teknologi yang menggunakan bahan-bahan kimia, radioaktif, maupun mikroba serta mahluk hidup lainnya. Mempunyai dampak yang sangat potensial terhadap kesehatan. Sebagai contoh adalah laboratorium biotek/farmasi dikhawatirkan akan menimbulkan resistensi  terhadap penyakit atau timbulnya strain baru.

7. Penggunaan Tenaga Atom
Penggunaan tenaga atom/radioisotop sangat potensial/menimbulkan dampak penting terhadap  kesehatan dan lingkungan. Paparan radiasi terhadap tubuh manusia dapat secara langsung atau melalui organisme lain yang terkontaminasi oleh limbah radioaktif. Semua kegiatan yang memakai bahan radioisotop, pengawasan keselamatannya dilakukan oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

8. Pekerjaan Umum
a. Pengairan
1) Pembangunan dam Irigasi
Pembangunan untuk irigasi sangat potensial untuk perkembangbiakan vektor dan penyakit yang berkaitan dengan Water Born Disease. Sebagai contoh adalah penyakit kaki gajah, malaria dan penyakit muntah-berak.
2) Cetak Sawah
Cetak sawah sangat potensial terhadap perkembangan penyakit yang berkaitan dengan karakter Water Born Disease (Penyakit disentri, tifus dan muntah-berak).
b. Cipta Karya
Pembangunan perumahan sangat potensial untuk perkembangbiakan vektor. Tingkat penularan penyakit akan bertambah karena bertambahnya frekuensi interaksi antar masyarakat penghuni perumahan.

c. Bina Marga
Pembangunan jalan sebagai sarana transportasi perlu perhatian  berhubung kaitannya dengan penularan penyakit dari wilayah satu terhadap wilayah lain.

9. Pertahanan dan Keamanan
Departemen Hankam memiliki industri strategis untuk persenjataan yang berkaitan dengan unsur fisik-kimia, maupun biologis yang termasuk bahan berbahaya beracun. Bahan tersebut sangat potensial sebagai sumber dampak penting terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.  


4.  PARADIGMA (KONSEP/MODEL) KESEHATAN LINGKUNGAN

Mitigasi/Program Kesehatan Lingkungan

Sumber Perubahan (Proyek/Kegiatan)

Air
Udara
Tanah
Unsur Makanan Vektor/Binatang
Manusia

Masyarakat (sex/umur, lokasi, dll)

Sehat

Sakit

Sumber perubahan sekunder
(pendatang baru, transpoart.
perdagangan, industri kecil, dll)

Simpul A                          Simpul B                          Simpul C                         Simpul D
 











     Sumber perubahan dapat berupa kegiatan manusia, seperti pabrik, transpotasi, pemukiman dan dapat pula berupa peristiwa alamiah seperti gunung berapi dan reaksi kimia alamiah yang terjadi di atmosfer.
     Komponen lingkungan yang selalu berinteraksi dengan manusia dan seringkali mengalami perubahan akibat adanya kegiatan manusia yang berupa proyek/kegiatan   adalah : air, udara, makanan, vektor/binatang penular penyakit, dan manusia itu sendiri. Perubahan dari unsur tersebut akan mengandung suatu risiko penyakit. Risiko penyakit akan timbul karena menumpang pada “vehicle” air, udara, makanan, binatang penular penyakit (vektor) dan bahkan manusia sendiri. Dengan demikian dalam konsep kesehatan lingkungan, status kesehatan masyarakat merupakan resultante dari  hasil hubungan interaksi antara masyarakat dengan berbagai komponen lingkungan seperti air, udara, makanan, vektor/binatang penular penyakit, tanah, dan manusia itu sendiri yang mengandung berbagai penyebab sakit seperti faktor fisik, kimia dan biologi.
     Masyarakat yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit akibat dari faktor sumber, perlu dilakukan pengukuran spesimen tubuh manusia. Hasil pengukuran tersebut sebagai tanda biologis (“biological marker”) yang dapat dianggap sebagai bio-indikator. Sebagai contoh tanda biologis adalah pengukuran merkuri pada kuku, rambut, serta timbal di dalam darah. Apabila kadar logam berat tersebut melebihi nilai ambang batas, maka merupakan bio-indikator bahwa manusia tersebut keracunan merkuri atau timbal.
     Apabila sudah terjadi kelainan penyakit, dapat dihitung secara epidemiologis. Prevalensi dari berbagai penyakit akibat interaksi antara masyarakat dengan sumber penyebab penyakit.    


5. METODE ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
  
1)  Metode pengumpulan data
     Pengumpulan data rona lingkungan awal dari aspek potensi kesehatan harus mengikuti paradigma kesehatan lingkungan.
     Rona lingkungan awal dapat berfungsi sebagai dasar prakiraan dampak (“basic prediction of impact”) yang mencakup informasi sebagai berikut :
a) Potensi daya dukung (“Carrying Capacity”) lingkungan
b) Potensi kerawanan/kesehatan masyarakat
c) Informasi kelentingan

Ketentuan Pengumpulan Data
Faktor yang diperhatikan dalam pengumpulan data dalah :
a) Penetapan parameter kunci dan batas wilayah studi.
Parameter kunci (parameter utama) merupakan faktor penting dalam menetapkan batas wilayah studi, yaitu seberapa luas dampak akan menyebar. Batas wilayah studi dari suatu rencana kegiatan akan memudahkan dalam menetapkan parameter penunjang.
b) Penentuan letak dan jumlah sampel
Penentuan letak sampel harus memperhatikan aspek keseluruhan sistem yang dikaitkan dengan sumber dampak. Sedangkan penentuan jumlah sampel harus berpedoman pada azas keterwakilan dari unit sistem yang tercakup dalam ruang batas studi.
c) Intensitas pengambilan sampel
Harus memperhatikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku parameter kunci maupun penunjang.
Faktor lingkungan tersebut, antar lain : perubahan musim  dan penyinaran, perubahan suhu dan kelembaban, topografi, geografi serta sistem pembuangan limbah.
d) Jangka waktu pemeriksaan sampel
Dengan memperhatikan ciri parameter, perlu ditentukan kapan dan berapa lama batas waktu bagi parameter kimia/biologi/kesehatan harus cepat diperiksa/dianalisis agar supaya tidak kadaluwarsa.
e) Sistem pengawetan dan fiksasi sampel
Bagi parameter yang tidak memungkinkan untuk secepatnya dianalisis dalam laboratorium, perlu perlindungan sampel yaitu dengan pengawetan/fiksasi atau menjaga pada suhu tertentu agar sampel tidak rusak.
f) Kalibrasi instrumen
Kalibrasi instrumen dilakukan agar kepekaan instrumen dipertahankan sehingga validitas hasil analisis dapat optimal.

 

Member