Manchester United
SELAMAT DATANG, SEMOGA BERMANFAAT

Tuesday 6 November 2012

PENYAKIT – PENYAKIT IRITASI SISTIM PERNAPASAN



Sistem pernapasan dapat mengalami berbagai gangguan, baik karena kelainan sistem pernapasan atau akibat infeksi kuman. Beberapa jenis gangguan antara lain:
·         Asma/sesak napas, penyempitan saluran napas akibat otot polos pembentuk dinding  saluran terus berkontraksi, disebabkan alergi atau kekurangan hormon adrenalin.
·         Asfiksi, gangguan pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh jaringan akibat tenggelam,pneumonia,keracunanCO.
·         Asidosis, akibat peningkatan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah
·         Wajah adenoid (wajah bodoh), penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa (polip), pembengkakan di tekak (amandel).
·         Pneumonia, radang paru-paru akibat infeksi bakteri Diplococcus pneumonia.
·         Difteri, penyumbatan faring/laring oleh lendir akibat infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae
·         Emfisema, menggelembungnya paru-paru akibat perluasan alveolus berlebihan.
·         Tuberculosis (TBC), penyakit paru-paru akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosa.

Peradangan pada sistem pernapasan :
bronchitis, radang bronkhus
  • laringitis, radang laring
  • faringitis, radang faring
  • pleuritis, radang selaput paru-paru
  • renitis, radang rongga hidung
  • sinusitis, radang pada bagian atas rongga hidung (sinus)

ASKEP ASTHMA BRONKHIALE
A. Pengertian
·         Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
·         Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
·         Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
·         Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon.
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
B. Etiologi
            Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
            timbulnya serangan asthma bronkhial.
        1. Faktor predisposisi
·         Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
        2. Faktor presipitasi
·         Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
    Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
    Seperti : makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
    Seperti : perhiasan, logam dan jam tangan.
·         Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
·         Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
·         Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
1. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.                                             
    Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
    aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
    menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
    terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Klasifikasi Asthma
Berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus   yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
D. Patofisiologi
Asthma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asthma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asthma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.

Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

ASKEP TUBERKULOSIS PARU
A. Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam.
C. Patofisiologi
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akanbersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum).Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :

1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.

2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.

3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.

4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.

5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.

6. Sesak nafas.

7. Nyeri dada.

8. Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
    berkeringat pada malam hari).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
    darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi
    10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen
    menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara 
    berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
    secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau 
    infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.

4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan   
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan
    cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium
    tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel
    raksasa menunjukan nekrosis.

8. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi.
    Ex ; Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru 
    luas.
    GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada 
    paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan
    ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
    penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim /  
    fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis
    luas).
F. Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1.      Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
o Streptomisin inj 750 mg.

o Pas 10 mg.
o Ethambutol 1000 mg.
o Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :
o INH.
o Rifampicin.
o Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan       menjadi 6-9 bulan.
2.      Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
o Rifampicin.
o Isoniazid (INH).
o Ethambutol.
o Pyridoxin (B6).

Pertusis ( Batuk Rejan )

Pertusis yang sering juga disebut batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial. Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehingga
menyebabkan serangan batuk yang parah.

            Batuk rejan dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannya menjadi lebih parah.

            Para dokter melaporkan lebih dari 7000 kasus batuk rejan yang terjadi tahun lalu. Sebenarnya lebih banyak kasus yang terjadi tetapi gejala yang timbul pada remaja dan orang dewasa biasanya lebih ringan. Akibatnya, para remaja dan orang dewasa memutuskan tidak menemui dokter untuk mengobati gejala-gejalanya atau dokter tidak mengetahui gejala-gejala yang ringan tersebut sebagai batuk rejan.

            Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan. Serangan batuk terjadi tiba-tiba dan
berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar. Akibatnya saat napas berikut, si anak telah kekurangan udara sehingga bernapas dengan cepat akibatnya suara pernapasan berbunyi seperti pada bayi yang baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa, bunyi ini sering tidak terdengar. Batuk pada batuk rejan biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk. Di antara episode batuk, anak yang terinfeksi terlihat normal ( tanpa gejala ).

            Batuk rejan diobati dengan antibiotika untuk mengurangi penyebaran infeksi. Jika pengobatan dimulai pada tahap awal penyakit, maka dapat memperpendek perjalanan penyakit tersebut.

            Anak-anak harus diimunisasi terhadap pertusis. Imunisasi sangat efektif mencegah penularan penyakit ini. Sebelum vaksin penyakit ini ditemukan, sebanyak 270.000 kasus pertusis terjadi tiap tahunnya. Dengan pendistribusian vaksin, sejumlah kasus pertusis menurun hingga 1010 pada tahun 1976. Sejak itu jumlah kasus tiap tahunnya meningkat di atas 7000. Karena alasan tersebut banyak orangtua yang memilih tidak memberikan vaksin pada anak-anaknya.


            Orang dewasa yang tidak pernah diimunisasi, yang tidak mendapatkan imunisasi dengan baik atau daya imunisasinya telah menurun dapat juga terinfeksi batuk rejan. Pada orang dewasa biasanya gejala yang terjadi ringan, tetapi mereka dapat menularkan penyakit itu kepada orang lainnya, termasuk anak-anak yang belum diimunisasi. Bayi-bayi yang tidak diimunisasi selalu tertular batuk rejan dari orang dewasa karier ( pembawa penyakit ) yang tidak menyadari bahwa mereka mengidap
penyakit tersebut.

Batuk rejan sangat infeksius terhadap bagi orang yang tidak memiliki kekebalan. Penyakit ini mudah menyebar ketika si penderita batuk. Waktu antara paparan penyakit hingga menimbulkan gejala-gejala (masa inkubasi) adalah antara 7 dan 14 hari.

            Sekali seseorang terinfeksi pertusis, maka orang tersebut kebal terhadap penyakit tersebut untuk beberapa tahun, tetapi tidak seumur hidup. Kadang-kadang orang tersebut terinfeksi batuk rejan kembali setelah beberapa tahun kemudian. Pada saat ini vaksin pertusis tidak dianjurkan bagi orang dewasa. Walaupun, orang dewasa sering sebagai penyebab infeksi pertusis pada anak-anak, mungkin vaksin untuk orang dewasa dianjurkan di masa depan.

Musuh kecil yang ada di dalam udara, yang mengakibatkan sulit bernafas yaitu :

Unsur partikel:

            Komponen berbahaya yang ada dalam udara berpolusi adalah unsure partikel yang sangat kecil dan halus, atau PM 2,5. Ukurannya diameternya kurang dari 2.5 microns atau 30 kali lebih kecil daripada rambut manusia dan juga mengandung jelaga, debu, aerosol, logam dan belerang. Kendaraan, pabrik dan fasilitas industri mengeluarkan bahan tersebut. Perkiraan bahan PM2.5 memasuki bangunan dan paru-paru manusia lebih cepat dan lebih dalam daripada diduga sebelumnya. Orang tua dan khususnya anak-anak lebih rentan. Anak-anak menghisap 50% lebih banyak udara per pon dari berat badannya dibandingkan dengan orang dewasa maka risikonya menjadi tinggi, khususnya jika mereka menderita astma. Tetapi orang dewasa pun dapat meninggal karena kedekatan dengan polusi udara, disebabkan partikel mempengaruhi cara kerja paru-paru. Menurut WHO setiap tahun sekitar setengah juta kematian di Asia dapat dikaitkan dengan unsur partikel dan sulfur dioksida yang berasal dari udara di luar ruangan. Menurut penelitian WHO, jika salah satu bahan pencemar udara, misalnya unsur partikel di Jakarta dapat dikurangi, maka 27 kasus kematian sebelum waktunya dapat dicegahkan setiap minggunya; 1.644 serangan astma dan 340 kasus bronkitis pada anak-anak setiap harinya,  itu sama dengan satu pesawat penuh anak-anak setiap harinya yang menderita bronkitis. Tenaga kerja kehilangan 7.6 juta hari yang produktif per tahun. Apakah anda adalah salah satu di antara mereka?

Gas Pembakaran

            Di antara lain karbonmonoksida, nitrogen oksida dan sulfur oksida dapat menyebabkan gejala seperti flu, penyakit pernapasan bahkan kematian. Di negara berkembang sebagian besar rumah memiliki rancangan dapur dan oven yang tidak sempurna. Oleh karena itu penting sekali untuk memasak dan memanggang di udara terbuka atau ditempat yang memiliki ventilasi yang sangat baik. Pemakaian arang dalam rumah tangga menyebabkan konsentrat fluorine dan arsenic yang tinggi begitu juga dengan asap kayu yang mengandung bahan pencemar yang tidak sehat. Dianjurkan untuk memakai bahan bakar yang modern seperti minyak tanah dan gas untuk mengurangi bahan pencemar, tetapi ventilasi yang baik juga tetap dibutuhkan. Asap pembakaran sampah yang dapat kita “cium” disekitar rumah hampir setiap hari adalah kegiatan yang menimbulkan banyak polusi; khususnya jika bahan plastik dibakar, maka kita akan menghirup “lethal carcinogens”.

Asap Rokok:

            Partikel dan asap yang keluar dari rokok adalah campuran komplek yang terdiri dari ribuan bahan kimia, termasuk carcinogens. Di daerah perkotaan dan negara berkembang jumlah perokok semakin meningkat, oleh karena itu hal tersebut merupakan ancaman yang besar. Para ilmuan memperkirakan bahwa, untuk pertama kalinya  jumlah kematian yang disebabkan karena merokok di negara berkembang sama  dengan di negara yang maju. Kesimpulannya adalah bahwa pada tahun 2000, setengah dari 4.8 juta kematian yang disebabkan karena merokok terjadi di negara yang miskin. Anak-anak yang menjadi perokok pasif di dalam rumah merupakan masalah yang besar.

Radon, Asbes, Timah

            Rumah yang tua mungkin masih terbuat dari bahan bangunan yang mengandung bahan-bahan pencemar seperti radon, asbestos dan timah. Seperti telah dibahas di atas timah masih ditemukan pada udara di luar ruangan.  Berhati-hatilah dengan lilin yang modern dan wangi karena dapat menjadi sumber keracunan timah.  Ingatlah bahwa ini berbahaya khususnya bagi bayi, anak kecil dan ibu hamil.

Bahan Kimia rumah tangga  dan pestisida

            Beberapa produk rumah tangga ( termasuk wewangian) bisa berbahaya jika tidak digunakan dengan tepat; dan menyebabkan berbagai masalah pernapasan.

Kuman dan Infeksi Virus , Tungau , Debu , Jamur

            Menghirup mikro organisme ini dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Berhati-hatilah dengan ventilasi yang kurang dan udara yang tidak sehat kemudian disirkulasi kembali.

Sick Building Syndrome dan Environmental Illnes

            Iritasi mata, hidung dan tenggorokan, batuk-batuk, sakit kepala, sesak napas dan biang keringat dapat disebabkan oleh bahan kimia, asap, polusi, kuman dan virus.

Symptom-symptom penyakit akut pernafasan!

Infeksi-infeksi Pernapasan yang akut Pada Anak- Anak

(Gejala yang mirip flu, penyakit pernapasan). Menurut Petunjuk Kualitas Udara WHO 1999, ini penyebab paling utama dari kesehatan buruk di dunia dan memiliki hubungan erat dengan pemakaian bahan bakar padat untuk memasak di dalam rumah.

Asma


            Sekarang ini diperkirakan jamur dapat menyebabkan astma yang parah pada orang dewasa. Anak anak di U.S yang menderita astma menjadi dua kali lipat dibandingkan duapuluh tahun yang lalu. Para ilmuan tidak mengetahui mengapa astma dalam masa kanak-kanak semakin meningkat, tetapi kualitas udara di luar dan di dalam ruangan berperan penting, misalnya kontak langsung dengan kotoran tungau, debu, kecoa, pestisida, asap rokok, ozon dan abu memiliki efek merusak kesehatan.

Chronic obstructive pulmonary disease


Jangan  merokok! Selain itu masih banyak bahan yang menimbulkan iritasi, seperti asap dari bahan kimia dan debu. Telah terbukti pada wanita yang tidak merokok tetapi cenderung menggunakan bahan bakar padat, mengidap penyakit ini.

Penyakit cardiovasular dan kematian


            Kedekatan yang lama dengan polusi udara bisa menyebabkan kanker dan kerusakan pada sistem kekebalan, syaraf, reproduksi, dan pernapasan. Dalam kasus ekstrim, dapat menyebabkan kematian.

Kanker paru- paru


Asap rokok masih disebut sebagai penyebab utama kanker paru paru, WHO menyatakan bahwa banyak penelitian di Cina menghubungkan kanker paru paru dengan pemakaian arang untuk memasak dan memanaskan makanan. Kedekatan dengen Radon adalah penyebab kanker yang lain.

Bronkitis

            Radang atau iritasi rongga pernapasan yang menuju ke paru-paru seringkali disebabkan infeksi karena virus. Juga dapat berkembang setelah kedekatan dengan bahan kimia dan polusi udara.


Iritasi Mata, Hidung dan Tnggorokan, sesak napas, serta biang keringat


Bisa disebabkan oleh ‘Sick buildings Syndrome’atau “Building Associated Illnesses.

Allergic Rhinitis

           
            Dapat disebabkan karena keturunan, faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan  risikonya antara lain asap, polusi udara, infeksi dan kedekatan dengan penyebab alergi yang berarti.

Adverse pregnancy outcome

Berhubungan dengan asap dari penggunaan bahan bakar padat dan asap rokok.



DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, K. (1990) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : FK UI.
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.
Crockett, A. (1997) “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta : Hipocrates.
Crompton, G. (1980) “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell Scientific Publication.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “Rencana Asuhan Keperawatan”, Jakarta : EGC.
Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta : EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”, Jakarta : EGC.
Pullen, R. L. (1995) “Pulmonary Disease”, Philadelpia : Lea & Febiger.
Rab, T. (1996) “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta : Hipokrates.
Rab, T. (1998) “Agenda Gawat Darurat”, Jakarta : Hipokrates.
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku Satu, Jakarta : Salemba Medika.
Staff Pengajar FK UI (1997) “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta : Info Medika.
Sundaru, H. (1995) “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta : FK UI.
Doenges. E. Marylin. 1992.Nursing Care Plan. EGC. Jakarta.
Pearce. C. Evelyn. 1990.Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta

0 comments:

Post a Comment

Member