Sistem
pernapasan dapat mengalami berbagai gangguan, baik karena kelainan sistem
pernapasan atau akibat infeksi kuman. Beberapa jenis gangguan antara lain:
·
Asma/sesak napas, penyempitan saluran napas
akibat otot polos pembentuk dinding
saluran terus berkontraksi, disebabkan alergi atau kekurangan hormon
adrenalin.
·
Asfiksi, gangguan pengangkutan dan penggunaan
oksigen oleh jaringan akibat tenggelam,pneumonia,keracunanCO.
·
Asidosis, akibat peningkatan kadar asam karbonat
dan asam bikarbonat dalam darah
·
Wajah adenoid (wajah bodoh), penyempitan saluran
napas karena pembengkakan kelenjar limfa (polip), pembengkakan di tekak
(amandel).
·
Pneumonia, radang paru-paru akibat infeksi
bakteri Diplococcus pneumonia.
·
Difteri, penyumbatan faring/laring oleh lendir
akibat infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae
·
Emfisema, menggelembungnya paru-paru akibat
perluasan alveolus berlebihan.
·
Tuberculosis (TBC), penyakit paru-paru akibat
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosa.
Peradangan
pada sistem pernapasan :
bronchitis, radang bronkhus
- laringitis, radang laring
- faringitis, radang faring
- pleuritis, radang selaput paru-paru
- renitis, radang rongga hidung
- sinusitis, radang pada bagian atas rongga hidung (sinus)
ASKEP
ASTHMA BRONKHIALE
A.
Pengertian
·
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari
bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme
yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
·
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial
yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black :
1996).
·
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif
terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
·
Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan
ciri meningkatnya respon.
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
B.
Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan
faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkhial.
timbulnya serangan asthma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
·
Genetik
Dimana yang
diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2. Faktor presipitasi
·
Alergen
Dimana
alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1.
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Seperti : debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang
masuk melalui mulut.
Seperti : makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan, yang
masuk melalui kontak dengan kulit.
Seperti : perhiasan, logam dan jam tangan.
·
Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan
hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
·
Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
·
Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan
langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana
dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur
atau cuti.
1. Olah raga/
aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C.
Klasifikasi Asthma
Berdasarkan
penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu :
1. Ekstrinsik
(alergik)
Ditandai dengan
reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga,
bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap
alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan
adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asthma gabungan
Bentuk asma yang
paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.
D.
Patofisiologi
Asthma
ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asthma tipe alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah
besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua
faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
Pada
asthma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan
bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi.
Hal
ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
ASKEP
TUBERKULOSIS PARU
A.
Pengertian
Tuberkulosis
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.
Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang
patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm,
ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.
B.
Etiologi
Penyebabnya
adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran
panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram
positif serta tahan asam atau basil tahan asam.
C.
Patofisiologi
Penularan
terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei
dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2
jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik
dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai
berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang
yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan berkembang
bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat pula keduanya
dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru – paru yang lain
atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah
itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah
limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage,
berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena
fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil &
macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan
meningkat.
Tetapi
apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akanbersarang didalam
jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala
jarum).Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu
dan lama-lama timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis
dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka
klien akan batuk darah (hemaptoe).
D.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :
1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.
2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.
3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.
4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
6. Sesak nafas.
7. Nyeri dada.
8. Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
berkeringat pada malam hari).
E.
Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap
akhir penyakit.
2. Ziehl Neelsen :
(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit :
(PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi
10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi
intra dermal. Antigen
menunjukan infeksi masa lalu dan adanya
anti body tetapi tidak secara
berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi
bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif
tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang
berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ;
dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan
lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6. Histologi atau
kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit )
positif untuk mycobakterium
tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada
jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel
raksasa menunjukan nekrosis.
8. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi.
Ex ; Hyponaremia, karena retensi air tidak
normal, didapat pada TB paru
luas.
GDA dapat tidak normal tergantung lokasi,
berat dan kerusakan sisa pada
paru.
9. Pemeriksaan
fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara resido
dan kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkhim /
fibrosis, kehilangan jaringan paru dan
penyakit pleural (TB paru kronis
luas).
F.
Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1.
Jangka pendek.
Dengan tata cara
pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
o Streptomisin inj 750 mg.
o Streptomisin inj 750 mg.
o Pas 10 mg.
o Ethambutol 1000
mg.
o
Isoniazid 400 mg.
Kemudian
dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu,
selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan
dengan jenis :
o INH.
o Rifampicin.
o Ethambutol.
Dengan fase selama 2
x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
2.
Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila
ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
o Rifampicin.
o Isoniazid (INH).
o Ethambutol.
o Pyridoxin (B6).
Pertusis ( Batuk Rejan )
Pertusis yang sering juga disebut batuk rejan adalah penyakit
infeksi bakterial yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara
(larinks), trakea dan bronkial. Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran
pernapasan sehingga
menyebabkan serangan batuk yang parah.
Batuk rejan dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang
anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius
jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru
lahir dan keadaannya menjadi lebih parah.
Para dokter melaporkan lebih dari 7000 kasus batuk rejan
yang terjadi tahun lalu. Sebenarnya lebih banyak kasus yang terjadi tetapi
gejala yang timbul pada remaja dan orang dewasa biasanya lebih ringan.
Akibatnya, para remaja dan orang dewasa memutuskan tidak menemui dokter untuk
mengobati gejala-gejalanya atau dokter tidak mengetahui gejala-gejala yang
ringan tersebut sebagai batuk rejan.
Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan. Serangan batuk terjadi tiba-tiba dan
Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan. Serangan batuk terjadi tiba-tiba dan
berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru
terbuang keluar. Akibatnya saat napas berikut, si anak telah kekurangan udara
sehingga bernapas dengan cepat akibatnya suara pernapasan berbunyi seperti pada
bayi yang baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa, bunyi
ini sering tidak terdengar. Batuk pada batuk rejan biasanya sangat parah hingga
muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk. Di antara
episode batuk, anak yang terinfeksi terlihat normal ( tanpa gejala ).
Batuk rejan diobati dengan antibiotika untuk mengurangi penyebaran infeksi. Jika pengobatan dimulai pada tahap awal penyakit, maka dapat memperpendek perjalanan penyakit tersebut.
Anak-anak harus diimunisasi terhadap pertusis. Imunisasi sangat efektif mencegah penularan penyakit ini. Sebelum vaksin penyakit ini ditemukan, sebanyak 270.000 kasus pertusis terjadi tiap tahunnya. Dengan pendistribusian vaksin, sejumlah kasus pertusis menurun hingga 1010 pada tahun 1976. Sejak itu jumlah kasus tiap tahunnya meningkat di atas 7000. Karena alasan tersebut banyak orangtua yang memilih tidak memberikan vaksin pada anak-anaknya.
Orang dewasa yang tidak pernah diimunisasi, yang tidak mendapatkan imunisasi dengan baik atau daya imunisasinya telah menurun dapat juga terinfeksi batuk rejan. Pada orang dewasa biasanya gejala yang terjadi ringan, tetapi mereka dapat menularkan penyakit itu kepada orang lainnya, termasuk anak-anak yang belum diimunisasi. Bayi-bayi yang tidak diimunisasi selalu tertular batuk rejan dari orang dewasa karier ( pembawa penyakit ) yang tidak menyadari bahwa mereka mengidap
penyakit tersebut.
Batuk rejan sangat infeksius terhadap bagi orang yang tidak memiliki
kekebalan. Penyakit ini mudah menyebar ketika si penderita batuk. Waktu antara
paparan penyakit hingga menimbulkan gejala-gejala (masa inkubasi) adalah antara
7 dan 14 hari.
Sekali seseorang terinfeksi pertusis, maka orang tersebut kebal terhadap penyakit tersebut untuk beberapa tahun, tetapi tidak seumur hidup. Kadang-kadang orang tersebut terinfeksi batuk rejan kembali setelah beberapa tahun kemudian. Pada saat ini vaksin pertusis tidak dianjurkan bagi orang dewasa. Walaupun, orang dewasa sering sebagai penyebab infeksi pertusis pada anak-anak, mungkin vaksin untuk orang dewasa dianjurkan di masa depan.
Musuh kecil yang ada di
dalam udara, yang mengakibatkan sulit bernafas yaitu :
Unsur partikel:
Komponen
berbahaya yang ada dalam udara berpolusi adalah unsure partikel yang sangat
kecil dan halus, atau PM 2,5. Ukurannya diameternya kurang dari 2.5 microns
atau 30 kali lebih kecil daripada rambut manusia dan juga mengandung jelaga,
debu, aerosol, logam dan belerang. Kendaraan, pabrik dan fasilitas industri
mengeluarkan bahan tersebut. Perkiraan bahan PM2.5 memasuki bangunan dan
paru-paru manusia lebih cepat dan lebih dalam daripada diduga sebelumnya. Orang
tua dan khususnya anak-anak lebih rentan. Anak-anak menghisap 50% lebih banyak
udara per pon dari berat
badannya dibandingkan dengan orang dewasa maka risikonya menjadi tinggi,
khususnya jika mereka menderita astma. Tetapi orang dewasa pun dapat meninggal
karena kedekatan dengan polusi udara, disebabkan partikel mempengaruhi cara
kerja paru-paru. Menurut WHO setiap tahun sekitar setengah juta kematian di
Asia dapat dikaitkan dengan unsur partikel dan sulfur dioksida yang berasal
dari udara di luar ruangan. Menurut penelitian WHO, jika salah satu bahan
pencemar udara, misalnya unsur partikel di Jakarta dapat dikurangi, maka 27
kasus kematian sebelum waktunya dapat dicegahkan setiap minggunya; 1.644
serangan astma dan 340 kasus bronkitis pada anak-anak setiap harinya, itu sama dengan satu pesawat penuh anak-anak
setiap harinya yang menderita bronkitis. Tenaga kerja kehilangan 7.6 juta hari yang produktif
per tahun. Apakah anda adalah salah satu di antara mereka?
Gas Pembakaran
Di antara lain karbonmonoksida,
nitrogen oksida dan sulfur oksida dapat menyebabkan gejala seperti flu,
penyakit pernapasan bahkan kematian. Di negara berkembang sebagian besar rumah memiliki rancangan dapur dan
oven yang tidak sempurna. Oleh karena itu penting sekali untuk memasak dan
memanggang di udara terbuka atau ditempat yang memiliki ventilasi yang sangat
baik. Pemakaian arang dalam rumah tangga menyebabkan konsentrat fluorine dan
arsenic yang tinggi begitu juga dengan asap kayu yang mengandung bahan pencemar
yang tidak sehat. Dianjurkan untuk memakai bahan bakar yang modern seperti
minyak tanah dan gas untuk mengurangi bahan pencemar, tetapi ventilasi yang
baik juga tetap dibutuhkan. Asap pembakaran sampah yang dapat kita “cium”
disekitar rumah hampir setiap hari adalah kegiatan yang menimbulkan banyak
polusi; khususnya jika bahan plastik dibakar, maka
kita akan menghirup
“lethal carcinogens”.
Asap Rokok:
Partikel
dan asap yang keluar dari rokok adalah campuran komplek yang terdiri dari
ribuan bahan kimia, termasuk carcinogens. Di daerah perkotaan dan negara
berkembang jumlah perokok semakin meningkat, oleh karena itu hal tersebut
merupakan ancaman yang besar. Para ilmuan memperkirakan bahwa, untuk pertama
kalinya jumlah kematian yang disebabkan
karena merokok di negara berkembang sama
dengan di negara yang maju. Kesimpulannya adalah bahwa pada tahun 2000,
setengah dari 4.8 juta kematian yang disebabkan karena merokok terjadi di
negara yang miskin. Anak-anak yang menjadi perokok pasif di dalam rumah
merupakan masalah yang besar.
Radon, Asbes, Timah
Rumah
yang tua mungkin masih terbuat dari bahan bangunan yang mengandung bahan-bahan
pencemar seperti radon, asbestos dan timah. Seperti telah dibahas di atas timah
masih ditemukan pada udara di luar ruangan.
Berhati-hatilah
dengan lilin yang modern dan wangi karena dapat menjadi sumber keracunan
timah. Ingatlah bahwa ini berbahaya
khususnya bagi bayi, anak kecil dan ibu hamil.
Bahan Kimia rumah tangga dan
pestisida
Beberapa
produk rumah tangga ( termasuk wewangian) bisa berbahaya jika tidak digunakan
dengan tepat; dan menyebabkan berbagai masalah pernapasan.
Kuman dan Infeksi Virus , Tungau , Debu , Jamur
Menghirup
mikro organisme ini dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Berhati-hatilah
dengan ventilasi yang kurang dan udara yang tidak sehat kemudian disirkulasi
kembali.
Sick Building Syndrome dan Environmental Illnes
Iritasi mata, hidung dan tenggorokan,
batuk-batuk, sakit kepala, sesak napas dan biang keringat dapat disebabkan oleh
bahan kimia, asap, polusi, kuman dan virus.
Symptom-symptom penyakit akut pernafasan!
Infeksi-infeksi Pernapasan yang akut Pada Anak-
Anak
(Gejala yang mirip flu, penyakit pernapasan).
Menurut Petunjuk Kualitas Udara WHO 1999, ini penyebab paling utama dari
kesehatan buruk di dunia dan memiliki hubungan erat dengan pemakaian bahan
bakar padat untuk memasak di dalam rumah.
Asma
Sekarang ini diperkirakan jamur dapat
menyebabkan astma yang parah pada orang dewasa. Anak anak di U.S yang menderita
astma menjadi dua kali lipat dibandingkan duapuluh tahun yang lalu. Para ilmuan
tidak mengetahui mengapa astma dalam masa kanak-kanak semakin meningkat, tetapi
kualitas udara di luar dan di dalam ruangan berperan penting, misalnya kontak
langsung dengan kotoran tungau, debu, kecoa, pestisida, asap rokok, ozon dan
abu memiliki efek merusak kesehatan.
Chronic obstructive pulmonary disease
Jangan merokok! Selain itu masih banyak bahan yang menimbulkan iritasi,
seperti asap dari bahan kimia dan debu. Telah terbukti pada wanita yang tidak
merokok tetapi cenderung menggunakan bahan bakar padat, mengidap penyakit ini.
Penyakit cardiovasular dan kematian
Kedekatan
yang lama dengan polusi udara bisa menyebabkan kanker dan kerusakan pada sistem
kekebalan, syaraf, reproduksi, dan pernapasan. Dalam kasus ekstrim, dapat
menyebabkan kematian.
Kanker paru- paru
Asap rokok masih disebut
sebagai penyebab utama kanker paru paru, WHO menyatakan bahwa banyak penelitian
di Cina menghubungkan kanker paru paru dengan pemakaian arang untuk memasak dan
memanaskan makanan. Kedekatan dengen Radon adalah penyebab kanker yang lain.
Bronkitis
Radang atau iritasi rongga pernapasan
yang menuju ke paru-paru seringkali disebabkan infeksi karena virus. Juga dapat
berkembang setelah kedekatan dengan bahan kimia dan polusi udara.
Iritasi Mata, Hidung dan Tnggorokan, sesak napas,
serta biang keringat
Bisa disebabkan oleh ‘Sick buildings
Syndrome’atau “Building Associated Illnesses.
Allergic Rhinitis
Dapat
disebabkan karena keturunan, faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risikonya antara lain asap, polusi udara,
infeksi dan kedekatan dengan penyebab alergi yang berarti.
Adverse pregnancy outcome
Berhubungan dengan asap dari penggunaan bahan bakar
padat dan asap rokok.
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja,
K. (1990) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : FK UI.
Brunner
& Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.
Crockett, A. (1997) “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta : Hipocrates.
Crompton, G. (1980) “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell Scientific Publication.
Crockett, A. (1997) “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta : Hipocrates.
Crompton, G. (1980) “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell Scientific Publication.
Doenges,
M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “Rencana Asuhan
Keperawatan”, Jakarta : EGC.
Guyton
& Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta : EGC.
Price,
S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit”, Jakarta : EGC.
Pullen,
R. L. (1995) “Pulmonary Disease”, Philadelpia : Lea & Febiger.
Rab,
T. (1996) “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta : Hipokrates.
Rab,
T. (1998) “Agenda Gawat Darurat”, Jakarta : Hipokrates.
Reeves,
C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku
Satu, Jakarta : Salemba Medika.
Staff
Pengajar FK UI (1997) “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta : Info Medika.
Sundaru, H. (1995) “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta : FK UI.
Doenges. E. Marylin. 1992.Nursing Care Plan. EGC. Jakarta.
Sundaru, H. (1995) “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta : FK UI.
Doenges. E. Marylin. 1992.Nursing Care Plan. EGC. Jakarta.
Pearce.
C. Evelyn. 1990.Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta
0 comments:
Post a Comment