* Januari-Agustus 280 Kasus
* Data Seluruh Aceh 7 Orang Meningal
BANDA ACEH - Data laporan rekapitulasi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dari seluruh kabupaten/kota di Aceh, yang masuk ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh per Agustus 2012 menunjukkan ibu kota provinsi, Banda Aceh, menempati urutan tertinggi akibat banyak warganya menderita penyakit yang disebabkan virus dengue tersebut.
Kadinkes Aceh, dr M Yani melaporkan, jumlah kasus DBD secara keseluruhan di Aceh sebanyak 1.348 kasus. Meskipun jumlahnya cenderung menurun 31 persen dari tahun lalu yakni 1.779 kasus, namun cukup mengkhawatirkan, mengingat 7 di antaranya meninggal dunia.
“Penurunan jumlah kasus DBD ini, mestinya tidak membuat lalai pemerintah dan instansi terkait serta masyarakat. Sehingga kurang peduli dengan kebersihan lingkungan dan upaya penanganannya,” ujar Kadis Kesehatan Aceh, dr Muhammad Yani kepada Media Pers, Jumat (27/9) di ruang rapat JKA Dinkes Aceh.
Dia mengingatkan, dalam iklim tropis dengan pola pergantian cuaca yang ekstrem seperti saat ini, perkembangbiakan nyamuk dari genus Aedes (seperti; Aedes aegypti atau Aedes albopictus-red) ini, hanya membutuhkan waktu singkat. “Jika sudah demikian, berbagai jenis penyakit lain pun muncul dengan mudah. Misalnya typus, influensa, batuk berat, malaria, dan lainnya,” tambahnya.
Sementara itu, Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di Dinkes Aceh, dr Abdul Fatah mengaku mendapat laporan bahwa, bantuan alat pemeriksa RDP (Rapid Dianostic Test) yang diberikan melalui pemerintah provinsi ke RSUD kabupaten/kota dan Puskesmas, sudah dimanfaatkan secara maksimal.
“Dengan peralatan RDP, seseorang yang terindikasi terkena penyakit DBD, bisa diketahui dalam waktu singkat. Sehingga tidak berakibat pada kematian,” ungkapnya.
Dengan adanya alat medis tersebut, angka kematian penderita DBD di Aceh pun cenderung berkurang dalam tiga tahun terakhir. Data rekap seluruh Aceh penderita DBD yang meninggal, yakni hingga Agustus 2012 jumlahnya 7 orang. Sementara pada Desember 2011 berjumlah 15 orang, dan di tahun 2010 sebanyak 26 orang.(her)
lima daerah tertinggi
1. Kota Banda Aceh (280 kasus)
2. Kabupaten Aceh Besar (216 kasus)
3. Kabupaten Bireuen (214 kasus)
4. Kota Lhokseumawe (206 kasus)
5. Kabupaten Pidie (116 kasus)
tiga daerah terendah
1. Kota Langsa (1 kasus)
2. Kabupaten Aceh Tenggara (2 kasus)
3. Kota Sabang (3 kasus)
Penyebab DBD
Penyakit demam berdarah yang disebabkan virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus.
Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.
Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial).
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah, meningkat pada seseorang yang memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita, atau seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun.
Langkah Pencegahan
Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit DBD. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah, dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu;
* Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.
* Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri.
* Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu dapat juga digunakan larvasida.
Selain itu, oleh karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas di luar rumah.
Langkah Pengobatan
Sampai saat ini belum ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah, meski banyak penderita yang sembuh dengan sendiri dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu.
Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah, adalah pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah, atau mengonsumsi obat yang mengandung acetaminofen (misalnya tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam.
Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal, seperti ibuprofen dan sodium naproxen justru dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan demam berdarah yang lebih parah, sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit, untuk diinfus dan diberi elektrolit guna mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
BANDA ACEH - Data laporan rekapitulasi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dari seluruh kabupaten/kota di Aceh, yang masuk ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh per Agustus 2012 menunjukkan ibu kota provinsi, Banda Aceh, menempati urutan tertinggi akibat banyak warganya menderita penyakit yang disebabkan virus dengue tersebut.
Kadinkes Aceh, dr M Yani melaporkan, jumlah kasus DBD secara keseluruhan di Aceh sebanyak 1.348 kasus. Meskipun jumlahnya cenderung menurun 31 persen dari tahun lalu yakni 1.779 kasus, namun cukup mengkhawatirkan, mengingat 7 di antaranya meninggal dunia.
“Penurunan jumlah kasus DBD ini, mestinya tidak membuat lalai pemerintah dan instansi terkait serta masyarakat. Sehingga kurang peduli dengan kebersihan lingkungan dan upaya penanganannya,” ujar Kadis Kesehatan Aceh, dr Muhammad Yani kepada Media Pers, Jumat (27/9) di ruang rapat JKA Dinkes Aceh.
Dia mengingatkan, dalam iklim tropis dengan pola pergantian cuaca yang ekstrem seperti saat ini, perkembangbiakan nyamuk dari genus Aedes (seperti; Aedes aegypti atau Aedes albopictus-red) ini, hanya membutuhkan waktu singkat. “Jika sudah demikian, berbagai jenis penyakit lain pun muncul dengan mudah. Misalnya typus, influensa, batuk berat, malaria, dan lainnya,” tambahnya.
Sementara itu, Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di Dinkes Aceh, dr Abdul Fatah mengaku mendapat laporan bahwa, bantuan alat pemeriksa RDP (Rapid Dianostic Test) yang diberikan melalui pemerintah provinsi ke RSUD kabupaten/kota dan Puskesmas, sudah dimanfaatkan secara maksimal.
“Dengan peralatan RDP, seseorang yang terindikasi terkena penyakit DBD, bisa diketahui dalam waktu singkat. Sehingga tidak berakibat pada kematian,” ungkapnya.
Dengan adanya alat medis tersebut, angka kematian penderita DBD di Aceh pun cenderung berkurang dalam tiga tahun terakhir. Data rekap seluruh Aceh penderita DBD yang meninggal, yakni hingga Agustus 2012 jumlahnya 7 orang. Sementara pada Desember 2011 berjumlah 15 orang, dan di tahun 2010 sebanyak 26 orang.(her)
lima daerah tertinggi
1. Kota Banda Aceh (280 kasus)
2. Kabupaten Aceh Besar (216 kasus)
3. Kabupaten Bireuen (214 kasus)
4. Kota Lhokseumawe (206 kasus)
5. Kabupaten Pidie (116 kasus)
tiga daerah terendah
1. Kota Langsa (1 kasus)
2. Kabupaten Aceh Tenggara (2 kasus)
3. Kota Sabang (3 kasus)
Penyebab DBD
Penyakit demam berdarah yang disebabkan virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus.
Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.
Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial).
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah, meningkat pada seseorang yang memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita, atau seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun.
Langkah Pencegahan
Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit DBD. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah, dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu;
* Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.
* Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri.
* Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu dapat juga digunakan larvasida.
Selain itu, oleh karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas di luar rumah.
Langkah Pengobatan
Sampai saat ini belum ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah, meski banyak penderita yang sembuh dengan sendiri dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu.
Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah, adalah pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah, atau mengonsumsi obat yang mengandung acetaminofen (misalnya tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam.
Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal, seperti ibuprofen dan sodium naproxen justru dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan demam berdarah yang lebih parah, sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit, untuk diinfus dan diberi elektrolit guna mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
0 comments:
Post a Comment